Arah Kebijakan Pendidikan Indonesia pada Era MEA

Semakin dekatnya era MEA tidak memberikan tawaran lain bagi Indonesia selain harus menghadapinya baik dalam kondisi siap atau tidak siap. Hal ini menuntut perhatian dari semua sektor terlebih sektor pendidikan yang menempati garda terdepan upaya pembangunan SDM Indonesia. Pemberlakuan MEA menjadi momentum yang baik untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada sektor pendidikan Indonesia agar mampu menghasilkan SDM yang memiliki daya saing tinggi. Demikian yang menjadi latar belakang dilaksanakannya Seminar Nasional yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi UNY bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Pendidik Ekonomi Indonesia (ASPROPENDO), Sabtu 9 Mei 2015. Hadir sebagai narasumber Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP, plt Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal dan Prof. Suyanto, Ph.D, guru besar Fakultas Ekonomi UNY.

Dalam paparannya, Taufik mengatakan bahwa ada empat peran strategis perguruan tinggi sebagai lembaga penyedia sumber daya manusia unggul. Pertama, sosialisasi kepada pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha tentang dampak berlakunya MEA, agar mereka meningkatkan daya saingnya. Kedua, meningkatkan kualitas dan relevansi perguruan tinggi. Ketiga, memperkuat kerjasama antar perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri, serta keempat memperkuat kapasitas penelitian tentang kerjasama regional, misalnya strategi peningkatan daya saing nasional, pemerintah, industri, dan SDM. Taufik juga menyampaikan arah kebijakan pendidikan di Indonesia pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN, “Negara-negara ASEAN menempatkan peningkatan kualitas SDM, khususnya pembangunan pendidikan, sebagai prioritas nasional dalam rencana pembangunan jangka menengahnya,” ujar Taufik.

Acara yang dibuka oleh Dr. Moch Alip, MA, selaku Wakil Rektor II Universitas Negeri Yogyakarta tersebut juga menghadirkan Prof. Suyanto, Ph.D, guru besar Fakultas Ekonomi UNY sebagai pembicara kedua. Dalam paparannya Suyanto menyampaikan bagaimana profesionalisme pendidik di era MEA. Mulai dari kondisi SDM Indonesia saat ini, permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Indonesia, hingga bagaimana respon perguruan tinggi menghadapi gelombang perubahan di abad 21.

Selain acara seminar, juga digelar diskusi pararel yang diikuti 75 tim peserta seminar. Masing-masing tim yang berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia tersebut mempresentasikan makalah hasil penelitiannya. Pada hari sebelumnya telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional ASPROPENDO yang menghasilkan penandatanganan kerjasama antara 36 perguruan tinggi di Indonesia dengan ASPROPENDO yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. (Lina)